Menegakkan Keadilan Untuk Sebuah Pemulihan (25 Feb 2022)

TUHAN akan memberi keadilan kepada umat-Nya, dan akan sayang kepada hamba-hamba-Nya. Mazmur 135: 14
25 February 2022

TUHAN akan memberi keadilan kepada umat-Nya, dan akan sayang kepada hamba-hamba-Nya. Mazmur 135: 14

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran (keadilan), karena mereka akan dipuaskan. Matius 5: 6

Ada sepasang suami istri yang saling melaporkan pasangannya ke pihak berwajib. Sang istri melaporkan suaminya karena dianggap telah menelantarkan keluarga. Sedangkan suami yang sudah menjadi tersangka pun melaporkan balik istrinya dengan tuduhan telah melakukan KDRT psikis (karena memarahi suami yang sering pulang dalam keadaan mabuk). Akhirnya istri pun ditetapkan sebagai tersangka. Suami dan istri ini akhirnya sama-sama menjadi tersangka. Apakah ini yang dinamakan keadilan? Ataukah ini balas dendam?

Dari kisah di atas ada kesan bahwa keadilan saat ini menjadi rancu, tergantung pada siapa yang memegang wewenang. Setiap orang bisa saling menuntut demi nama sebuah keadilan. Dalam situasi kerancuan ini kita sangat mengharapkan TUHAN sebagai pribadi yang adil untuk menyatakan keadilan dan kasih sayangNya (Mazmur 135: 14). Namun, harapan akan keadilan dari Tuhan Allah tidak cukup diserukan dalam doa saja, tetapi harus ada tindakan aktif dari masing-masing kita untuk mencari dan melakukan keadilan yang benar, yang sesuai dengan firman Tuhan. Tuhan Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.” Perkataan Tuhan Yesus ini menuntun kepada 3 hal: 1. Haus dan lapar untuk hidup benar. 2. Kerinduan untuk bertobat. 3. Hidup yang memprioritaskan kerajaan Allah dan kebenaranNya.

Setiap orang bisa saling menuntut untuk menegakkan keadilan. Namun, hendaknya tuntutan akan penegakan keadilan itu bertujuan untuk menghadirkan sebuah pemulihan di tengah keluarga, gereja dan bangsa.

Karena itu, diperlukan hati yang berani mengakui kesalahan, hati yang rindu untuk bertobat dan sikap saling merendahkan diri dan merendahkan hati. Jika tidak demikian maka kadilan yang kita coba untuk tegakkan hanya akan mendatangkan luka dan kebencian baru, dan bukannya pemulihan. Dan keadilan tidak lagi memiliki nilai yang luhur melainkan hanya sebagai kedok untuk membalas dendam, seperti yang terjadi pada kisah di atas. (ISUN)

Bacaan Alkitab: 2 Timotius 3: (10-13) 14-17; Efesus 5: 21-33

Doa: Tuhan Yesus, berilah kami kepuasan dari rasa lapar dan haus akan keadilan dalam keluarga, gereja dan bangsa kami. Amin.