Tuhan berfirman kepada Musa: Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup. Keluaran 33: 20
Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. 1 Yohanes 4: 9
Ada pepatah yang mengatakan, “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Pepatah tersebut ingin mengatakan bahwa karakter seorang anak tidak jauh berbeda dibanding dengan orang tuanya. Allah adalah sumber kasih dan kasih adalah natur Allah. Kasih itu bukan hanya dinyatakan melalui pengorbanan Yesus, melainkan juga pengorbanan Bapa yang merelakan anak-Nya. Barangsiapa yang menyatakan bahwa ia lahir dari Allah atau ia mengenal Allah, ia harus mengasihi saudara-saudara seiman sebagai sesama anggota tubuh Kristus. Karena kita adalah anak-anak Allah dan kita mengalami kehadiran-Nya di dalam hidup kita, maka seharusnya kita merefleksikan karakter Bapa yang adalah kasih. Orang yang mengasihi membuktikan bahwa ia telah lahir dari Allah.
Setelah peristiwa anak lembu emas, Musa membentangkan sebuah kemah di luar perkemahan Israel agar setiap orang yang mencari Tuhan dapat datang ke kemah itu. Ini merupakan anugerah bagi bangsa Israel, mengingat mereka adalah bangsa yang telah berdosa terhadap Tuhan. Dosa menghalangi keakraban mereka dengan Tuhan. Sehingga tidak seorangpun dapat tahan memandang wajah-Nya. Namun anugerah-Nya tetap nyata bagi mereka melalui kemah pertemuan dan Musa memiliki kesempatan untuk berbicara langsung kepada Tuhan. Dapat dikatakan bahwa hal ini menunjukkan keakraban antara Tuhan dengan Musa, bukan semata-mata teofani (penampakan atau pernyataan). Keberanian Musa meminta untuk melihat kemuliaan Tuhan menunjukkan eratnya keakraban antara Musa dengan Tuhan. Sedangkan Yohanes mengingatkan kepada umat Allah, jika tidak ada kasih di dalam hati mereka, jangan pernah menyatakan bahwa kita mengenal Allah, meski kasih itu belum sempurna, harus tetap dinyatakan dan harus tetap bertumbuh. Kasih seharusnya tidak bersyarat, dimiliki oleh semua orang dan ditujukan untuk siapapun juga. Kita harus tetap berusaha mengasihi walaupun kedagingan kita memiliki rasa kebencian dan keinginan membalas dendam. Salib Kristus tidak memberikan pilihan tentang kasih. Kita harus mengatasi keangkuhan kita dan dengan taat berusaha mempraktekkan kasih di dalam tiap situasi.
Jika kita ingin lebih mengasihi, kita perlu berlajar dekat dengan Tuhan. Relasi yang lewah di antara dua pihak akan dikuatkan bila keduanya semakin dekat dengan Allah. sebaliknya, kita tidak dapat bertumbuh dalam pengalaman kita dengan Allah tanpa mengasihi satu sama lain. jika kita sudah mampu mengasihi, kita mesti bersyukur pada Allah. namun jika kita merasa kurang mengasihi, kita harus berdoa, meminta Allah mengubah hati kita. Dengan kasih, kita akan menemukan sukacita yang lebih besar di dalam hidup kita. (KAJ)
Bacaan Alkitab: Maleakhi 3: 13-18; Efesus 4: 7-10
Doa: Tuhan, mampukan kami untuk melakukan teladan yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sehingga kami benar-benar dapat melakukan kasih terhadap sesame kami, terkhusus dalam persekutuan kami sebagai tubuh Kristus. Amin.